A. Pendahuluan
Sesuai dengan permendikbud No 43 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional
untuk tahun 2020 ini tidak ada lagi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Namun ujian yang ada hanya ujian diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan
biasanya kita sebut dengan Ujian Sekolah (US). Ujian sekolah ini mempunyai
tantangan tersendiri bagi sekolah atau guru di satuan pendidikan masing-masing.
Artinya diminta kreativitas sekolah atau guru dalam mengelola dan melaksanakan
ujian sekolah ini.
Pada pasal 5 Permendikbud no 43 ini menyebutkan
bentuk ujian dapat berupa portofolio, penugasan, tes tertulis dan/atau bentuk
lainnya. Bentuk lain ini lah yang menuntut kreativitas sekolah atau guru dalam
melaksanakan bentuk dan jenis ujian yang bisa dilakukan. Bentuk ujian lain ini
bisa saja berupa kerja nyata siswa di masyarakat, melaksanakan
projek/penelitian sederhana, ujian praktek tentang pengusaaan sikap/keterampilan
yang berkaitan dengan keagamaan, atau lainnya sesuai dengan keunggulan sekolah
masing-masing.
Selain bentuk ujian yang bisa dikembangkan waktu
pelaksanaan bentuk ujian tersebut bisa juga dilaksanakan pada semester ganjil
dan/atau semester genap pada akhir jenjang. Artinya satuan pendidikan bisa
mulai melaksanakan bentuk penilaian nya di semester ganjil atau semester 5
tanpa menunggu semester 6. Hal ini juga menuntut sekolah dan guru perlu
merencanakan ujian sekolah pada awal tahun pelajaran berlangsung.
Agar
soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang
sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1)
menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3)
menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal
berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk
pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis
butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8)
merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji
coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik
hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis kuantitatif
seperti yang digambarkan pada gambar di bawah ini.
Namun untuk tulisan ini
penulis masih membahas bentuk ujian sekolah tersebut masih berupa bentuk tes
tertulis. Tulisan ini juga dilengkapi dengan pembahasan tes secara umum,
menentukan materi/IPK yang akan dibuat butir soalnya, cara membuat indikator
soal yang baik, cara menyusun butir soal yang baik termasuk soal HOTS, cara
melakukan analisis kualitatif, dan analisis kuantitatif. Pada bagian akhir tulisan terdapat bahan-bahan yang di unduh seperti bahan presentasi pembuatan butir soal, format kisi-kisi, aplikasi analisis kualitatif, aplikasi kuantitatif, dan aplikasi Kartan untuk membuat kisi-kisi sekalian kartu soal dan soalnya sekaliagus. Mudah-mudahan
bermanfaat.
B.
Pengertian Instrumen Tes
Secara harfiah kata tes berasal dari bahasa Perancis kuno
yaitu testum artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia yang sangat
tinggi nilainya. Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang diterjemahakan
ke dalam bahasa Indonesia berarti tes, ujian atau percobaan dan dalam bahasa
Arab berarti imtihan.
Sedangkan secara istilah test adalah alat atau prosedur
yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes adalah alat untuk memperoleh
data tentang perilaku individu (Allen dan Yen, 1979:1). Karena itu, di dalam
tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang akan
memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel perilaku)
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut
(Anastari,1982:22). Tester artinya orang yang melaksanakan tes, pembuat tes
atau eksperimentor adalah orang yang sedang melakukan percobaan, testee adalah
pihak yang sedang dikenai tes atau pihak yang sedang dikenai percobaan (peserta
tes).
Tes ialah sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk
dijawab. Sedangkan pengukuran lebih luas dari tes. Adapun evaluasi mencakup tes
dan pengukuran yaitu proses pengumpulan informasi untuk membuat penilaian, yang
kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat keputusan.
Sedangkan
berdasarkan Permendikbud No 43 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ujian yang
Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional mendefenisikan Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu Satuan Pendidikan.
C.
Cara
Pemilihan Materi/KD/IPK Ujian Sekolah
Penentuan
materi/KD/IPK yang akan dibuat soalnya dapat dilakukan dengan menggunakan
prinsip UKRK (Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, dan Keterpakaian). Hal ini perlu
dilakukan supaya soal yang dibuat memang sudah diseleksi dengan baik. Kriteria
tersebut antara lain (1) Urgensi, yaitu materi secara teoritis
mutlak harus dikuasai oleh peserta didik; (2) Kontinuitas,
yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih materi
yang sudah dipelajari sebelumnya; (3) Relevansi, yaitu materi
yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami, mata pelajaran lain; (4) Keterpakaian,
yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk soal ujian sekolah penyeleksian
berdasarkan kriteria UKRK ini perlu dilakukan agar tidak terlalu banyak butir
soal yang diujikan sehingga tujuan penilaian akan tercapai.
D.
Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum
menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
contoh penilaian akhir semester berikut ini.
Contoh
penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
|
Jumlah soal
tes tulis
|
Jumlah soal
Praktik
|
|
PG
|
Uraian
|
||||
1
|
1.1
............
|
...........
|
6
|
--
|
--
|
2
|
1.2
............
|
...........
|
3
|
1
|
--
|
3
|
1.3
............
|
...........
|
4
|
--
|
1
|
4
|
2.1
............
|
...........
|
5
|
1
|
--
|
5
|
2.2
............
|
...........
|
8
|
1
|
--
|
6
|
3.1
............
|
...........
|
6
|
--
|
1
|
7
|
3.2
...........
|
...........
|
--
|
2
|
--
|
8
|
3.3
..........
|
...........
|
8
|
--
|
--
|
Jumlah soal
|
40
|
5
|
2
|
E.
Cara
Membuat Kisi-Kisi Soal
Kisi – kisi
merupakan suatu perencanaan dan gambaran sebaran butir pada tiap–tiap
kompetensi dasar yang juga didasarkan pada kriteria dan persyaratan tertentu.
Penyusunan kisi – kisi digunakan untuk menentukan sampel tes yang baik, dalam
arti mencakup keseluruhan materi dan kompetensi dasar secara proporsional serta
berkeadilan. Di samping itu juga tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk
menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Oleh karena
itu, sebelum menyusun butir – butir tes sebaiknya kisi – kisi dibuat terlebih
dahulu sebagai pedoman dalam memuat jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap
bentuk butir, materi, tingkat kesukaran serta untuk setiap aspek kemampuan yang
hendak diukur.
Kisi-kisi dapat berbentuk format atau
matriks seperti contoh berikut ini.
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah
harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis
kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang
baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus
dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan
secara tepat
dan proporsional.
2.
Komponen-komponennya diuraikan secara
jelas dan mudah dipahami.
3.
Materi yang hendak ditanyakan dapat
dibuatkan soalnya.
4.
Jenis dan bentuk tes meliputi tes lisan,
tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian, menjodohkan,
benar-salah), dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja (performance),
penugasan (project) dan hasil karya (product).
F.
Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam
merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian
dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat,
guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan
secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik:
1.
Menggunakan kata kerja operasional (perilaku
khusus) yang tepat,
2.
Menggunakan satu kata kerja operasional
untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal
uraian/tes perbuatan,
3.
Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya
(untuk soal pilihan ganda).
Penulisan
indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour
(perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang
diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model
penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal
kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar
pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah,
grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan
peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model
pertama ini biasanya juga digunakan untuk soal yang tingkat berpikirnya tinggi
(HOTS). Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan
dasar pertanyaan (stimulus).
Soal HOTS (Higher
Order Thinkings Skill) meminta siswa untuk memahami fakta, menyimpulkan fakta,
menghubungkan fakta dengan fakta atau konsep lain, menganalisis fakta,
menyatukan fakta untuk membentuk hal baru, dan meggunakan fakta untuk
memecahkan masalah. Tingkat berpikir dari soal HOTS dimulai dari C4 ke atas.
Contoh model pertama untuk soal
menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan sebuah
pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri", peserta didik dapat
menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.
Soal
: (Soal dibacakan
atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih dengan
tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari harus masuk
kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")
Lembar tes
hanya berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk
kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk
kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk
Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk
Kelas terlambat satu jam hari ini
e. Hari masuk
Kelas terlambat pagi hari ini
Kunci: d
Contoh model kedua
Indikator: Peserta didik dapat
menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal
: Penulisan nilai
uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
e. Rp.125
Kunci: b
G.
Menulis
Butir Soal
Langkah selanjutnya dalam
mengembangkan tes adalah menulis butir soal. Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan
dalam menulis butir soal, antara lain:
1.
Butir
soal yang dibuat harus valid. Artinya, butir tersebut mampu mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.
Butir
soal harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa
dipengaruhi oleh kemampuan lain yang tidak relevan. Seperti halnya membuat
butir soal matematika dengan menggunakan bahasa asing. Jelas antara kemampuan
matematika dan bahasa asing merupakan dua kemampuan yang berbeda sama sekali dan
tidak bisa disangkutpautkan dalam satu butir soal dalam tes.
3.
Butir
soal harus memiliki (kunci) jawaban yang benar. Butir tes yang tidak memiliki
jawaban akan sangat menyulitkan siswa, bahkan akan membuang waktu siswa jauh
lebih banyak daripada soal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi sekalipun.
Butir yang tidak memiliki jawaban yang benar dapat berpengaruh pada mental
psikologis siswa, bahkan dapat pula berimbas kepada kurang kredibelnya kegiatan
pengukuran yang dilakukan.
4.
Butir
yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah –
langkah lengkap sebelum digunakan pada tes sesungguhnya. Khususnya butir uraian
atau essay pada bidang eksakta seperti matematika, fisika dan lainnya langkah –
langkah lengkap sangat dibutuhkan dalam pedoman penskoran butir.
5.
Hindari
kesalahan ketik atau penulisan. Kesalahan penulisan dapat berbeda makna dalam
bahasa tertentu, bidang eksakta bahkan bidang sosial sekalipun dan ini akan
menimbulkan perbedaan arah butir. Oleh karena itu, dibutuhkan pengeditan yang teliti
dan presisi.
6.
Tetapkan
sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk setiap butir yang akan
dibuat. Aspek kemampuan dapat mengacu pada ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan
atau dapat pula mengacu pada salah satu aspek di masing–masing ranah tersebut
seperti pemahaman dalam ranah pengetahuan atau melakukan duplikasi dalam ranah keterampilan.
7.
Berikan
petunjuk pengerjaan soal secara lengkap dan jelas. Petunjuk pengerjaan soal
selain dituliskan di awal soal atau kelompok soal, hendaknya juga disosialisasikan
terlebih dahulu kepada siswa dengan cara dibacakan sebelum tes berlangsung.
a.
Penulisan Soal
Pilihan Ganda
Menulis
soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal
yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah
menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat
kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama
dengan kunci jawaban. Untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan
ganda, perlu mengikuti langkah-langkah seperti: (1) menuliskan pokok soalnya;
(2) langkah kedua menuliskan kunci jawabannya; (3) langkah ketiga menuliskan
pengecohnya.
Untuk memudahkan
pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam
format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun
formatnya seperti berikut ini.
KARTU SOAL
Jenis
Sekolah
: ………………………………. Penyusun :
1.
Mata
Pelajaran :
……………………………….
2.
Bahan
Kls/Smt :
……………………………….
3.
Bentuk
Soal
: ……………………………….
Tahun Ajaran
: ……………………………….
Aspek yang
diukur : ……………………………….
|
||||||||||||||
KOMPETENSI
DASAR
|
BUKU SUMBER
|
|||||||||||||
RUMUSAN BUTIR
SOAL
|
||||||||||||||
MATERI
|
||||||||||||||
NO SOAL:
|
||||||||||||||
KUNCI :
|
||||||||||||||
INDIKATOR
SOAL
|
||||||||||||||
KETERANGAN
SOAL
|
||||||||||||||
NO
|
DIGUNAKAN
UNTUK
|
TANGGAL
|
JUMLAH SISWA
|
TK
|
DP
|
PROPORSI
PEMILIH
|
KET.
|
|||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
OMT
|
|||||||||
Kaidah
penulisan soal pilihan ganda adalah (1) materi : soal harus
sesuai dengan indikator, pengecoh harus bertungsi, setiap soal harus mempunyai
satu jawaban yang benar, materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas; (2) konstruksi : (a) pokok
soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, (b) rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja, (c) pokok soal jangan
memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar, (d) pokok soal jangan mengandung
pernyataan yang bersifat negatif ganda, (e) pilihan jawaban harus homogen dan
logis ditinjau dari segi materi, (f) panjang rumusan pilihan jawaban harus
relatif sama, (g) pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas
benar", (h) pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis, (i) gambar,
grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi, (j) rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau
kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang, (k)
butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya; (3) bahasa/budaya
: (a) setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia; (b) bahasa yang digunakan harus komunikatif;(c) pilihan jawaban
jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
a.Penulisan
Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan
kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi
yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta
didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun
kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang
digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal
yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman
penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman
penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat
subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian
objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban
dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara
objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar -
salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut
sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing
peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif.
Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam
menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang
diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala
yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan
diuji.
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis
soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan,
dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu
soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal
bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.
KARTU SOAL
Jenis
Sekolah :
……………………............
Penyusun
: ...........................................
Mata
Pelajaran :
……………………...........
Bahan
Kls/Smt :
……………………............
Bentuk
Soal :
……………………............
Tahun
Ajaran : ……………………….
Aspek yang
diukur : ……………………............
|
|||||||||||||
KOMPETENSI
DASAR
|
BUKU SUMBER:
|
||||||||||||
RUMUSAN BUTIR SOAL
|
|||||||||||||
MATERI
|
|||||||||||||
NO SOAL:
|
|||||||||||||
INDIKATOR
SOAL
|
|||||||||||||
KETERANGAN
SOAL
|
|||||||||||||
NO
|
DIGUNAKAN UNTUK
|
TANGGAL
|
JUMLAH SISWA
|
TK
|
DP
|
PROPORSI
PEMILIH ASPEK
|
KET.
|
||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
OMT
|
||||||||
FORMAT PEDOMAN
PENSKORAN
NO
SOAL
|
KUNCI/KRITERIA
JAWABAN
|
SKOR
|
Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar
pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman
penskoran.
Kaidah
penulisan soal uraian seperti berikut.
1) Materi
a) Soal harus
sesuai dengan indikator.
b) Setiap
pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c) Materi yang
ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d) Materi yang
ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2) Konstruksi
a) Menggunakan
kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b) Ada petunjuk
yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c) Setiap soal
harus ada pedoman penskorannya.
d) Tabel, gambar,
grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan
berfungsi.
3) Bahasa
a) Rumusan kalimat
soal harus komunikatif.
b) Menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c) Tidak
menimbulkan penafsiran ganda.
d) Tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e) Tidak mengandung kata/ungkapan yang
menyinggung perasaan peserta didik
Analisis butir soal secara
kualitafif dan kuantitatif dapat juga dilakukan menggunakan aplikasi. Setelah
soal di analisis secara kualitatif baru soal itu bisa diujikan kepada siswa. Namun
untuk soal yang layak untuk digunakan selanjutnya maka perlu dilakukan analisis
kuantitatif. Soal yang sudah lolos dari analisis kuantitatif baru bisa disimpan
ke dalam bank soal dan bisa digunakan untuk tes selanjutnya.
Link Download:
1. Bahan Presentasi Penulisan Butir Soal (PPT)
2. Format Kisi-Kisi (Word)
3. Aplikasi Analisis Kualitatif PG
4. Aplikasi Analisis Kualitatif Uraian
5. Aplikasi Analisis Kuantitatif
6. Aplikasi Kartan (Excel)
Link Download:
1. Bahan Presentasi Penulisan Butir Soal (PPT)
2. Format Kisi-Kisi (Word)
3. Aplikasi Analisis Kualitatif PG
4. Aplikasi Analisis Kualitatif Uraian
5. Aplikasi Analisis Kuantitatif
6. Aplikasi Kartan (Excel)
0 komentar:
Posting Komentar