Dengan kondisi tersebut, sangat mungkin kedatangan siswa ke sekolah akan dibatasi, baik jumlah hari maupun jumlah siswa per kelas. Bisa jadi, siswa hanya belajar 2 atau 3 hari di sekolah, selebihnya belajar di rumah. Begitu juga agar jaga jarak bisa dilakukan, setiap kelas diisi separuh siswa saja, separuh lagi masuk hari berikutnya. Kemudian juga ketika siswa tatap muka di sekolah hanya 3,5 jam berada di sekolah dengan 3 mata pelajaran. Kalau hanya mengandalkan pembelajaran di sekolah ketika tatap muka maka tidak akan cukup waktu dalam pembelajaran tersebut. Dengan kondisi seperti ini, para kepala sekolah dan guru terus mencari model pembelajaran efektif dan efisien digunakan pada kondisi di tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum maka ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan. Model tersebut adalah model pembelajaran terbalik (Flipped Classroom). Pada tulisan ini penulis akan menjelaskan apa itu pembelajaran terbalik, seperti apa prosedurnya, langkah-langkahnya, sampai tautan video, dan video yang menjelaskan tentang pembelajaran terbalik ini.
Apa itu Model Pembelajaran Terbalik (Flipped Classroom)?
Dalam bukunya Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every Class Everyday (2012), Jonathan Bergmann dan Aaron Sams menulis:
“Basically the concept of a flipped class is this: that which is traditionally done in class is now done at home, and that which is traditionally done as homework is now completed in class.”
Artinya, “Pada dasarnya konsep flipped class adalah sebagai berikut: bahwa yang secara tradisional dilakukan di kelas sekarang dilakukan di rumah, dan yang secara tradisional dikerjakan sebagai PR (pekerjaaan rumah) kini diselesaikan di kelas.”
Pembelajaran terbalik (flipped learning) atau kelas terbalik (flipped classroom) atau campuran pembelajaran di dalam dan di luar kelas (blended learning inside and outside classroom) merupakan metode pembelajaran kelas tatap muka ataupun pembelajaran dalam jaringan yang mana siswa melihat video, mendengar audio, membaca buku atau lembar kerja ketika di rumah kemudian pada pertemuan tatap muka atau melalui dunia maya atau video conference, guru dan siswa mengadakan interaksi pembelajaran sesuai materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Dalam pertemuan tatap maya atau melalui video conference guru bisa membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (breakout room) agar sesama siswa dapat saling berbagi pengetahuan; atau bisa juga kelompok-kelompok proyek untuk mempresentasikan hasil belajar kelompoknya melalui dunia maya. Lebih lanjut bisa dilihat perbedaan antara kelas tradisional dengan kelas terbalik pada gambar di bawah ini.
Metode ini juga digunakan oleh guru ketika ada siswa yang tidak hadir di kelas karena sesuatu hal. Guru bisa membuat video apa yang diajarkannya dan diberikan kepada yang tidak masuk kelas tersebut. Jon Bergmann dan Aaron Sams, yaitu guru kimia SMA Woodland Park di Colorado, Amerika Serikat, menggunakan metode ini untuk membantu para siswanya yang tidak masuk kelas dengan membuat video pembelajaran apa yang sudah mereka ajarkan. Hasilnya sangat bagus, siswa bisa mengikuti pelajaran dan tidak ketinggalan. Model ini akhirnya dipakai juga oleh siswa yang sudah belajar di kelas sebagai bahan memperdalam materi yang sudah dipelajarinya.
Guru sebelum membahas materi yang akan di ajarkan memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa untuk mempelajari materi yang ada dalam media pembelajaran. Model belajar seperti ini membuat siswa dituntut untuk lebih mandiri karena mereka mempelajari bahan terlebih dahulu sebelum ada pertemuan di kelas. Model ini juga membuat siswa lebih aktif karena dorongan keingintahuan mereka juga lebih tinggi.
Model ini juga cocok sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Era Industri 4.0. Perubahan model belajar ini tentu membutuhkan pelatihan dan kesiapan guru, tenaga kependidikan, dan para pejabat pendidikan dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran yang compatible dengan perkembangan teknologi saat ini.
Bagaiman Prosedur Pembelajaran Terbalik (Flipped Classroom)?
Guru bisa dengan mudah mengunduh materi yang akan dipelajari siswa dari berbagai learning management system (LMS) yang sudah tersedia, baik dari Kemdikbud, yaitu Rumah Belajar dan TV Edukasi, maupun menggunakan LMS dari swasta yang dapat diunduh secara gratis. Materi diserahkan kepada siswa dengan diberi penjelasan apa yang harus dikerjakan dan akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Sedangkan pada sekolah penulis menggunakan sites dari akun belajar id Kemdikbud. Pada sites guru ini diletakkan tautannya pada website sekolah dan melalui tautan ini siswa akan mengakses sites guru sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Setiap sites guru berisikan halaman absensi, halaman materi, halaman penugasan, halaman penilaian dan halaman kolom karya siswa.
Berkaitan dengan model pembelajaran kelas terbalik ini, maka setiap guru sesuai dengan mata pelajaran masing-masing memuat video, modul, ataupun buku sesuai materi yang dipelajari. Maka melalui sumber belajar inilah siswa akan belajar secara mandiri melalui video ataupun sumber belajar lainnya. Halaman salah satu sites guru bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Setelah siswa belajar mandiri dengan berbagai sumber belajar yang diberikan oleh guru maka pada saat siswa datang ke sekolah, guru tinggal membahas dengan mereka, misalnya siswa diminta mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Dengan demikian, siswa terlatih mengomunikasikan apa yang dipelajari kepada teman sejawat. Untuk memperdalam materi yang dipelajari, guru juga bisa mengajak siswa berdiskusi dalam kelompok kecil. Guru berperan sebagai fasilitator dan berkeliling kelas untuk memotivasi sekaligus memantau keaktifan siswa dalam berdiskusi. Guru tidak lagi sebagai penyaji informasi; sebaliknya, guru lebih banyak mengambil peran sebagai tutor. Waktu guru dihabiskan untuk berinteraksi dengan dan membantu murid-murid. Dalam hal ini, siswa yang paling lemah justru paling banyak mendapatkan bantuan guru.
Secara ringkasnya siklus proses pembelajaran/kelas terbalik dapat dilihat pada gambar di dibawah ini.
Pada gambar di atas, siswa memulai kegiatannya dengan pada bagian atas lalu ke kanan dan seterusnya.
Dengan model ini, siswa tidak perlu hadir ke sekolah tiap hari. Jadi, seandainya tahun ajaran baru nanti siswa harus masuk sekolah di selang-seling, metode ini sangat bagus. Siswa akan mengerjakan tugas pada saat di rumah selama tiga hari dan masuk ke sekolah belajar di kelas selama tiga hari. Model ini cocok untuk mengoptimalkan waktu di kelas yang terbatas dan juga akan melatih siswa untuk mengelola waktu dengan baik.
Prosedur untuk pembelajaran terbalik ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Ini adalah contoh prosedur dari pembelajaran terbalik yang menggunakan rumah belajar.
Bagaimana Langkah-Langkah Model Pembelajaran Terbalik (Flipped Classroom)?
Menurut Adhitiya dkk (2015), langkah-langkah model pembelajaran dengan metode flipped classroom adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Sebelum tatap muka guru memberikan materi dalam bentuk video pembelajaran.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c. Guru menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari.
d. Memberi tugas siswa untuk membuat rangkuman dari video.
2. Kegiatan di kelas
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa.
b. Membahas video yang telah ditonton siswa dengan diskusi dan tanya jawab.
c. Melalui tanya jawab dengan siswa guru menguatkan konsep.
d. Guru memberikan latihan pemecahan masalah melalui LKS.
e. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan masalah.
f. Peran guru saat diskusi adalah memfasilitasi siswa agar mampu menuliskan ide atau gagasannya terkait masalah yang diberikan.
g. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan yang lain menanggapinya.
h. Guru memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
i. Memberikan video pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya
Langkah-langkah pembelajaran di atas dapat disesuaikan dengan kondisi sekarang dalam mengikuti protokol kesehatan, misalnya dalam pembuatan kelompok.
Apa saja Pilar Model Pembelajaran Terbalik (Flipped Classroom)?
Menurut Flipped Learning Network (https://flippedlearning.org), ada empat pilar dalam penggunaan metode Flipped Learning:
1. Suasana belajar yang luwes (flexible environment) yaitu kebebasan bagi guru untuk mengatur situasi pembelajaran seperti kebebasan mengatur lingkungan kelas untuk belajar dalam kelompok dan belajar individual, kebebasan waktu dalam mencapai ketuntasan pembelajaran dan kebebasan dalam penilaian.
2. Budaya belajar (learning culture) yaitu peranan utama partisipasi aktif pada peserta didik untuk melakukan eksplorasi isi pelajaran dan diskusi mendalam oleh sesama peserta didik dalam merumuskan atau membangun pengetahuan (knowledge construction) serta melakukan evaluasi oleh mereka sendiri yang dipandang sesuai dan bermakna bagi diri mereka.
3. Isi pelajaran yang terarah (intentional content) yaitu adanya persiapan guru yang memilih topik pembelajaran yang memiliki arah yang jelas sehingga peserta didik dapat melakukan eksplorasi pengetahuan, mendapatkan pembelajaran yang penuh makna, menguasai isi secara mendalam dengan menerapkan prosedur berpikir secara ilmiah.
4. Pendidik profesional (professional educator) yaitu keberadaan guru yang aktif melakukan pengamatan terhadap kegiatan peserta didik, memberikan umpan balik kepada peserta didik, dan melakukan penilaian, menjalin hubungan dengan sesama guru untuk meningkatkan profesionalitasnya, terbuka terhadap kritik ataupun masukan, serta tetap menjadi sumber inspirasi bagi peserta didiknya yang aktif dalam belajar.
Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan metode flipped classroom lebih baik?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika dan juga beberapa sekolah di Indonesia yang sudah mempraktikkan flipped classroom, hasilnya sangat menggembirakan dan kualitasnya lebih baik. Para siswa yang mempraktikkan metode ini motivasi belajarnya sangat tinggi, kreativitasnya meningkat, tanggungjawab meningkat, siswa lebih aktif dalam PBM di kelas, dan nilai akademiknya lebih baik jika dibandingkan cara belajar tradisional. Begitu juga para guru juga merasa punya waktu lebih untuk berinteraksi dengan siswa.
Dengan model ini, tujuan kita untuk membekali kemampuan siswa untuk berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaborative), kemampuan berkomunikasi (comunication skills), dan berpikir kreatif dan inovatif (creative/innovative) dapat kita laksanakan dengan baik. Guru tidak mendominasi waktu di kelas. Interaksi guru dan siswa semakin baik dan semakin menyenangkan.
Semoga flipped classroom bisa menjadi salah satu alternatif model pembelajaran saat pandemi Covid-19 masih menghantui kita semua. Semoga Anak-anak kita tetap bisa belajar dengan nyaman.
Tautan video pembelajaran untuk pembelajaran terbalik
1. Rumah Belajar Kemdikbud
(https://belajar.kemdikbud.go.id/ )
2. Video Pendidikan Indonesia (https://www.youtube.com/channel/UC9x2I5HjtxyzAuxb1m3Jtfg/videos )
3. Channel Youtube Direktorat SMA (https://www.youtube.com/playlist?list=PLA951KnKprNtlbeqaIpqk19k-ylTSVVSH)
4. TV Edukasi
(http://video.kemdikbud.go.id/ )
5. Khan Academy
(https://www.youtube.com/c/khanacademy/featured )
Video Penjelasan dan Contoh Penerapan Flipped Classroom
Video 1
Video 2
Sumber:
Abi Sujak. 2020. Mengajar Generasi Z. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Kemdikbud. 2020. Panduan Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Pusdatin
Mudarwan. Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom dengan Moodle Sebagai Implementasi dari Blended Learning; Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENBUR Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar